Kamis, 27 November 2008

my school....

ada beberapa hal yang ingin aku katakan.....

sekolah ini....

sekolah ini ialah SMA favorit bagi orang2 bukittinggi,

walaupun tak begitu,

sebuah gedung utama kokoh berdiri,

tapi kami tetap di belakang, hanya satu tahun lagi....

benar, satu tahun lagi....

indah nian sekolah ini....

mewarnai bukittinggi,

perumahan yang dihuni guru-guru kami berderetan...

mudah sekali sampai kemari,

strategisnya tempat ini....

dekat dengan pasar bukittinggi....

terlihat jam megah yang menjadi landmark tanah ini...

tapi aneh sekali....

walau sekolah ini telah tua,

sekolah ini ibarat me"raja"i...

bukittinggi ini....

Sabtu, 15 November 2008

Perjalanan Yesus Kristus

Al Qur’an dan Agama-agama menurut Kitab Lainnya
Islam berarti: "Berserah kepada kehendak Tuhan".

Kitab suci agama Islam yaitu Al Qur’an dipercaya berasal dari firman Tuhan melalui nabi Muhammad dengan perantaraan Malaikat Jibril – seringkali diidentifikasikan sebagai Malaikat Agung Gabriel yang dikenal dalam ajaran Kristen. Al Qur’an dapat dianggap sebagai Alkitab untuk agama Islam. Tradisi lainnya, ("Sunna", diterjemahkan sebagai "kebiasaan") dengan perumpamaan/lelucon dari Nabi (Hadith) memiliki peranan penting dalam interpretasi Al Qur’an. Bahkan seorang nabi pun, berdasarkan pada tingkah lakunya, adalah manusia dan bukan Tuhan. Perlu diperhatikan juga, banyak umat Islam yang seperti juga umat Kristen, tidak mengenal dengan baik kitab sucinya.

Kadang-kadang, Al Qur’an menyebutkan orang-orang Kristen dan Yahudi secara langsung sebagai "Kalian orang-orang beriman..." (Pemeluk Kitab, misalnya Surah 4,171*) dan sebagai "Kalian anak-anak Israel". Sehingga mereka dapat tertarik dengan apa yang tertulis di kitab suci ini – meskipun pada kenyataannya, sebagian besar dari mereka tidak berurusan dengan kitab suci tersebut. Ilmu agama mempelajari kitab-kitab suci dari beragam agama, dan salah satunya adalah menjajaki perkembangan sejarah atas interpretasi kitab-kitab tersebut. Sebagian pengulas Muslim tentang Al Qur’an menuliskan bahwa ada sebuah Al Qur’an yang asli, yang disimpan Tuhan di suatu tempat tertentu, dan hanya bisa didapatkan oleh para malaikat dan nabi yang suci; sedangkan sebagian pengulas lainnya menginterpretasikan bahwa pembaca Al Qur’an di dunia seharusnya berada dalam keadaan yang suci.

Nabi dilihat sebagai yang dikirimkan untuk suatu waktu tertentu (atau suatu masa di antara waktu) saat nabi-nabi dibutuhkan (Surah 5,19*). Al Qur’an membedakan antara "Orang-orang Beriman" dalam ajaran Nabi Muhammad, dan "Pemeluk Kitab", serta "Orang-orang yang Tak Beriman". Yang dimaksud dengan "Pemeluk Kitab" adalah orang Yahudi dan orang Kristen, yang kepercayaannya, di samping orang-orang Muslim, berdasarkan pada tradisi yang sama; kadang-kadang juga orang Zoroastrians (Farisi; Surah 22,17*). Al Qur’an juga mengakui adanya rangkaian "Nabi-Nabi", yang mengajarkan Satu Tuhan, pengadilan terakhir dan hidup sesudah mati, dan doa bagi umatnya atau mendoakan masa umatnya (misalnya, Surah 6,83-92; Surah 7; Surah 4,136*). Sejauh ini, umat agama-agama tersebut percaya atas dasar yang sama, dan Al Qur’an sendiri tidak menamakan mereka Orang yang tidak beriman (misalnya, Surah 5,48*). Pada abad-abad permulaan Islam, orang-orang Kristen dan Yahudi tidak dipaksa untuk berganti agama menjadi Islam – yang menurut ajaran di Al Qur’an, disebutkan "Dalam agama, tidak ada paksaan", Surah 2,256.
Abraham dilihat sebagai salah satu "Hanif", yang menemukan kepercayaan hanya pada satu Tuhan saja, seperti juga beberapa petapa.
"Allah" nama Islam untuk Tuhan – dari bahasa Arab pra-Islam "al-ilah" – bahkan secara semitis, hampir pasti memiliki asal kata yang sama dengan "Elohim", salah satu nama Tuhan dalam kitab-kitab Nabi Musa (dalam bahasa Yahudi).

"Orang-orang yang Tidak Beriman" secara harafiah: "penutup" – diartikan sebagai penganut politeisme - pemuja berhala, yang diperangi Nabi Muhammad di Arabia dan dianggap sebagai lawan yang dinyatakan dalam Alkitab sebagai peringatan kepada orang-orang Yahudi dan Kristen. Sekarang ini, dengan cara yang lebih luas, Islam melihat semua "Orang-orang yang Tidak Beriman", sebagai orang yang tidak percaya kepada satu Tuhan dan Pengadilan Terakhir. Terkadang, istilah ini secara disalahberlakukan bagi semua non-Muslim; terkadang bahkan juga bagi orang-orang Muslim yang lain aliran.

Yesus Kristus dalam Al Qur’an
Perlu dicatat, bahwa Al Qur’an mengakui Yesus sebagai nabi, serta sebagai utusan Tuhan, serta sebagai "Firman" Tuhan tanpa definisi, serta sebagai "Roh Tuhan" (Surah 4,171*), "diciptakan seperti Adam" (Surah 2, 3, 5,*...). Hal ini lebih daripada apa yang diterima oleh teolog-teolog Kristen Moderen yang menganggap Yesus hanya sebagai pembaharu sosial saja. Hanya Yesus sebagai Anak Tuhan - pemikiran umat Kristen pada masa Muhammad mengganggap sangat fisik – dalam konteks doktrin ketritunggalan yang ada kemudian, juga tidak diterima oleh Al Qur’an. Orang Kristen masih dapat menjelaskan secara otentik, yang aslinya berarti, sedemikian rupa sehingga orang yang berasal dari tempat lain bisa memahaminya, yang sangat jarang pada saat itu (misalnya Surah 6, 101). Di Roma 1:4 disebutkan bahwa Yesus menjadi "terpasang" sebagai Anak dalam daya spiritualnya – sehingga bukan dilahirkan.
Orang-orang Kristen mungkin setuju dengan kepercayaan umat Islam, bahwa Tuhan tidak dilahirkan dan tidak pernah "dilahirkan" tetapi "diciptakan" sebagai Yesus. Selanjutnya, istilah bahasa Yunani, "logos" – dalam Alkitab digunakan untuk asal kemuliaan atau misi kedatangan Yesus Kristus – juga diterjemahkan dalam Injil sebagai "Firman", yang digunakan untuk menyebutkan Yesus dalam Al Qur’an. Apakah Inspirasi Al Qur’an berisikan misteri yang sampai sekarang belum ditemukan secara keseluruhan oleh umat Islam ataupun umat Kristen, yang mungkin berakhir dengan perdebatan tidak berguna mengenai istilah? Juga di mana umat Kristen menyampaikan ajaran-ajaran tersebut, yang mungkin dipahami oleh beberapa agama politeistik, hal ini tidak sesuai dengan ajaran Yesus sendiri: "Berdoalah kepada Bapa (Tuhan) dalam nama saya (berarti dengan perantaraan Yesus" - Alkitab, Yohanes 15:16. Dalam kehidupan Yesus hanya ada satu Tuhan, dan Yesus membimbing manusia kepadaNya.

"Logos" (Bahasa Yunani, dalam Injil Yohanes "Firman Tuhan", di sini berhubungan dengan Kristus) muncul dalam terjemahan Al Qur’an oleh Paret dalam bahasa Jerman, tidak harus berhubungan dengan Yesus. Edisi Al Qur’an lainnya memahaminya sebagai "kepedulian" Tuhan atau "perintah" Tuhan (Surah 13,2 dan Surah 13,11*).

Dalam Al Qur’an, Yesus dilihat sebagai "seperti Adam", yang diciptakan dari tanah (Surah 3,59*); dan bicara tentang utusan Tuhan, yang melahirkan Yesus (Surah 19,17-22*). Versi Kristen secara mirip melaporkan tentang malaikat yang mengumumkan ke perawan Maria akan kelahiran Yesus dari Roh Kudus. Lebih lanjut, Al Qur’an menyatakan, bahwa Yesus telah dikuatkan oleh Roh Kudus/Roh kesucian. (Surah 5,110*).

Menurut Al Qur’an, pemuda Yesus mengumumkan kebangkitannya (Surah 19,33*); bagaimanapun, di sini, Al Qur’an mungkin menyatakan tentang kedatangannya yang kedua berkenaan dengan Hari Kiamat, kebangkitan orang-orang yang percaya (lihat di bawah; Surah 4,159*). Al Qur’an menyatakan bahwa Yesus telah diangkat hidup-hidup ke surga (Surah 4,157 -159, Surah 3,55*).
Umat Islam dan umat Kristen tidak memiliki pendapat sama, apakah Yesus disalib, mati lalu bangkit dari kematian sebelum naik ke surga – seperti yang dikatakan oleh umat Kristen, atau apakah Tuhan mengangkatnya naik hidup-hidup ke surga – sesuai kepercayaan umat Islam. Akan tetapi mereka sama-sama percaya, bahwa pada saat Yesus diangkat ke surga, Ia tidak "mati" (Alkitab malah menyatakan, dia berbicara kepada para muridnya sebelum naik ke surga.)
Di Surah 3,55 dan 5,48* dikatakan, "... Aku akan menyucikannya" dan "...kalian semua akan kembali kepadaKu, dan Aku (Tuhan) akan memutuskan dalam hal yang kalian perselisihkan (dalam kehidupan duniawi) itu." Umat Kristen dan umat Islam sebenarnya tinggal menunggu dengan tenang dan tidak perlu berselisih untuk mendapat jawaban untuk rahasia-rahasia tersebut.

Al Qur’an juga menyebutkan tentang Hari Kiamat dan Kebangkitan orang-orang beriman (misalnya, Surah 36,77-83; Surah 69,13-37; Surah 75,99*). Yesus akan datang lagi, dan menjadi saksi atau hakim bagi para orang beriman yang percaya Kitab Suci (Surah 4,159; bandingkan Surah 16,89*). Umat, juga non-Muslim, yang percaya kepada Tuhan dan Hari Kiamat, "dan telah melakukan kebenaran", tidak perlu takut akan Pengadilan Terakhir (Surah 2,62; Surah 4, 123-124; Surah 7,170*). Menurut Al Qur’an dan juga Alkitab, Pengadilan Terakhir adalah urusan Tuhan, dan bukan urusan manusia, tidak peduli apakah mereka Kristen, Muslim atau Yahudi. (Perbandingan antaragama semacam itu tidak bermaksud untuk meragukan kemerdekaan Al Qur’an.)

Prinsip-prinsip Etika
Prinsip-prinsip etika dari 3 (tiga) "Agama Abraham" juga saling berkaitan. Perintah Allah juga disebutkan dalam Al Qur’an, meskipun tidak ditulis secara terperinci, misalnya dalam Surah 17, 22-39; Surah 5,38-40; Surah 2,188; Surah 4,135; Surah 2,195; dan Surah 1770* (kemuliaan manusia). Al Qur’an, misalnya melarang tegas dan tanpa pengecualian pembunuhan orang-orang yang tidak berdosa (Surah 5,27-32*). Istilah "Jihad" – hanya berarti: perjuangan, pertarungan: arti "Perang Suci" tidak berasal dari Al Qur’an, melainkan dari ucapan Muhammad dan sekolah-sekolah hukum Islam.*** Tugas rohani dan tugas moral di dalam diri untuk memerangi kejahatan dalam diri sendiri disebut "Jihad Besar", maknanya jauh lebih besar daripada seluruh konflik yang terjadi di luar seorang diri. Bandingkan ajaran Yesus, untuk pertama-tama mengeluarkan balok dari mata kita sendiri - banyak konflik di luar diri seseorang akan kehilangan dasarnya. "Jihad dengan kata" merupakan cara berbicara yang damai berdasarkan keyakinan seseorang. "Jihad dengan tangan" adalah perbuatan aktif yang memberikan contoh bagi orang-orang beriman. "Jihad pedang" juga disebut "Jihad kecil" hanya diperbolehkan untuk mempertahankan diri yang dilakukan orang beriman terhadap serangan musuh (bandingkan Al Qur’an Surah 2,190*). Namun, "sikap keras" dalam pergaulan dengan orang yang beriman lain juga tercantum dalam Al Qur’an (misalnya, Surah 48,29; Surah 47,4*). Luas sekali aturan-aturan tradisional, misalnya hubungan antar manusia berlainan jenis kelamin, termasuk larangan pernikahan dengan non-Muslim.

Yang termasuk dalam praktik agama Islam adalah: "Kesaksian, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah;
bahwa doa harian yang telah ditentukan waktunya harus dilakukan (Surah 2,177*);
bahwa puasa tahunan dalam bulan Ramadan harus dijalankan (Surah 2,185*);
bahwa ibadah Haji dilakukan setidaknya sekali seumur hidup (Surah 2,196*);
dan membayar Zakat - pemberian sedekah, wajib menurut agama yang diberikan untuk tujuan sosial (Surah 2,177*)."

Dalam Islam sekarang ini, tidak ada otoritas pusat, yang memutuskan berbagai pertanyaan etika-agama. Bagaimanapun juga, posisi-posisi tersebut diisi bersama oleh ulama yang memiliki reputasi baik, yang mungkin dapat diterima oleh sebagian besar umat Islam.

*) Al Qur’an edisi Jerman – Terjemahan Rudi Paret yang digunakan untuk artikel ini, dengan perhitungan Mesir yang umum digunakan pada negara-negara Islam. Terjemahan Al Qur’an lain mungkin menghitung ayat-ayat secara berbeda-beda; maka Anda dapat menemukan isi tersebut pada ayat sebelum atau sesudahnya pada Surah yang sama. Arti dari kutipan Al Qur’an telah diperiksa dengan bantuan Al Qur’an edisi Jerman dan – ulasan Adel Theodor Khoury, yang penerjemahannya diterima oleh umat Muslim juga (contohnya, oleh Dr. Inamullah Khan, yang pada saat itu adalah Sekretaris Jenderal Konggres Dunia Islami.) Komentarnya memberikan perhatian khusus kepada interpretasi tradisional berbagai Aliran Islam. Kesulitan untuk menerjemahkan bahasa Arab kuno di Al Qur’an, tidak berkaitan dengan berbagai tempat yang disebutkan di atas, yang dapat dimengerti dengan jelas.

***) Terjadinya "perang salib" tidak berdasarkan Alkitab, melainkan merupakan perbuatan manusia dan (perang tersebut) memiliki kesan buruk di kebanyakan orang Kristen di Eropa.

About my school

There are many kind of friends….

A lot of friends….

I knew…. Very small number of friends were my brothers….

Very small… very small number…..

I love one of them….

And I hate someone…..

SIAPAKAH PAULUS ITU?

Menurut sejarah, maka tokoh Paulus alias Saulus ini muncul kira-kira tahun 38 M. Ada pula yang mengatakan tahun 80 M, tetapi saya kira yang jelas ia ada hidup di zaman Yesus,paling tidak ia seangkatan dengan murid-murid Yesus. Paulus adalah anak didik Gamalied, seorang guru yang termasyhur, akhli Taurat dan Falsafah. Ibu Paulus adalah orang Yunani, dan ayahnya orang Yahudi, sehingga pelajaran agama yangdiperolehnya adalah gabungan daripada kepercayaan Yahwe dan Helenisme. Dari percampuran darah Yahudi dan Yunani, yaitu darah Pandai dan darah Berpikir (Kita mengetahui bukan bahwa orang-orang Yahudi terkenal kepandaian dan penemuan-penemuan ilmiahnya, dan Yunani kita kenal pula telah melahirkan tokoh-tokoh falsafah yang agung-agung), maka Paulus memang luar biasa sekali. Otaknya cerdas luar biasa, dapat kita saksikan nanti dalam surat-surat kirimannya. Ia bahkan dengan gemilang, sekalipun mendapatkan tantangan yang bukan sedikit berhasil menyatukan alam pikiran orang-orang Gerika, Alexandria, Gybelle dan Yahudi, yang kemudiannya merupakansuatu kekuatan yang luar biasa. Terdorong oleh ibunyala barangkali makanya ia berkeras hati ingin mengabarkan Injil kepada orang orang kafir (Gerika maksudnya), dan terdorongoleh kebenciannya kepada sang ayah yang menurut penyelidikan sejarah tidak pernah mencintai Paulus, maka ia sangat memusuhi ayahnya, bahkan bangsa dan agama ayahnya. Kita pun dapat membaca nanti dalam surat-surat kirimannya, betapa ia mencuci bersih-bersih orang-orang Yahudi, bahkan sampai kepada Tauratnya sekalipun.

PRIBADINYA

Mengenai sukubangsanya, ia Paulus sendiri memberikan iawaban
sebagai berikut:

1. Ia adalah orang Rum, dalam keterangannya kepada orang
Rum. (Kisah rasul-rasul 16:37)
2. Ia adalah orang Yahudi, dalam keterangannya kepada orang
Yahudi. (Kisah rasul-rasul 22:2)
3. Ia adalah orang Parisi, dalam keterangannya kepada orang
Parisi. (Kisah rasul-rasul 23:6)

Menurut definisi ilmu jiwa, maka bila saja seseorangmemberikan dua buah keterangan, dan kedua-duanya tidak sama,artinya manusia itu tengah berdusta. Paulus saya kiramenyadari dustanya ini, sebab dikemudian hari ia bahkan
menekankan kepada pengikut-pengikutnya untuk berbuat
demikian seperti katanya dalam Korintus I: 9:21: yang
bunyinya, berbuatlah seperti Yahudi dihadapan orang Yahudi,
dan berbuatlah seperti Gerika dihadapan orang-orang Gerika.
Ia kemudian dengan sombongnya mengatakan: Bila dustaku ini
melimpahkan kepada kemuliaan Allah, adakah aku ini masih
akan dihukumkan pula? (Rum 3:7)

Pribadi Paulus telah kita kenal. Ia bukan saja ahlhi putar
balik yang baik, tetapi ia pun seorang yang keras kepala. Ia
dengan bangganya pula menulis, bahwa ia tidak mau tunduk
kepada suatu hukum apapun dan begitulah katanya, bahwa
segala sesuatu halal baginya, meskipun segala sesuatunya itu
belum tentu berfaedah. Keterangan dustanya ini
berlarut-larut terus, sehingga kita dapatkan pula nanti,
pada waktu ia menerima "panggilan Ilhami," menurut
keterangannya yang pertama, ia tidak menampak apa-apa,
menurut keterangan kedua ia melihat cahaya. (Kisah
rasul-rasul 9:4 dan 22:9). Menurut keterangannya yang
pertama pula ia sendiri saja yang mendengarkan suara itu,
menurut keterangannya yang kedua, katanya kami semuanya
mendengarkan. (Kisah rasuh-rasul 9:4 dan 21:9, menurut
keterangannya yang pertama pula ia mengatakan bahwa ia
sendiri yang jatuh, menurut keterangan yang kedua ia
mengatakan "kami semuanya rebah." Lho, dia buta, tetapi ia
dapat melihat dengan jelas kawan-kawannya pada berjatuhan,
aneh sekali bukan? (Kisah rasul-rasul 9:4 dan 26:14)

Sabtu, 08 November 2008

god

Main article: God in Islam
See also: Oneness of God (Islam) and Allah

Islam's fundamental theological concept is tawhīd—the belief that there is only one god. The Arabic term for God is Allāh; most scholars believe it was derived from a contraction of the words al- (the) and ʾilāh (deity, masculine form), meaning "the god" (al-ilāh), but others trace its origin to the Aramaic Alāhā.[23] The first of the Five Pillars of Islam, tawhīd is expressed in the shahadah (testification), which declares that there is no god but God, and that Muhammad is God's messenger. In traditional Islamic theology, God is beyond all comprehension; Muslims are not expected to visualize God but to worship and adore him as a protector. Although Muslims believe that Jesus was a prophet, they reject the Christian doctrine of the Trinity, comparing it to polytheism. In Islamic theology, Jesus was just a man and not the son of God;[24] God is described in a chapter (sura) of the Qur'an as "…God, the One and Only; God, the Eternal, Absolute; He begetteth not, nor is He begotten; And there is none like unto Him."[25]

Qur'an

Main articles: Islamic holy books and Qur'an
See also: Origin and development of the Qur'an

The first sura in a Qur'anic manuscript by Hattat Aziz Efendi

Muslims consider the Qur'an to be the literal word of God; it is the central religious text of Islam.[26] Muslims believe that the verses of the Qur'an were revealed to Muhammad by God through the angel Gabriel on many occasions between 610 and his death on June 8, 632. The Qur'an was reportedly written down by Muhammad's companions (sahabah) while he was alive, although the prime method of transmission was orally. It was compiled in the time of Abu Bakr, the first caliph, and was standardized under the administration of Uthman, the third caliph. From textual evidence Islamic studies scholars find that the Qur'an of today has not changed significantly over the years.[27]

The Qur'an is divided into 114 suras, or chapters, which combined, contain 6,236 āyāt, or verses. The chronologically earlier suras, revealed at Mecca, are primarily concerned with ethical and spiritual topics. The later Medinan suras mostly discuss social and moral issues relevant to the Muslim community.[28] The Qur'an is more concerned with moral guidance than legal instruction, and is considered the "sourcebook of Islamic principles and values".[29] Muslim jurists consult the hadith, or the written record of Muhammad's life, to both supplement the Qur'an and assist with its interpretation. The science of Qur'anic commentary and exegesis is known as tafsir.[30]

The word Qur'an means "recitation". When Muslims speak in the abstract about "the Qur'an", they usually mean the scripture as recited in Arabic rather than the printed work or any translation of it. To Muslims, the Qur'an is perfect only as revealed in the original Arabic; translations are necessarily deficient because of language differences, the fallibility of translators, and the impossibility of preserving the original's inspired style. Translations are therefore regarded only as commentaries on the Qur'an, or "interpretations of its meaning", not as the Qur'an itself.[31]

Articles of faith

articles: Aqidah and Iman

The Qur'an states that all Muslims must believe in God, his revelations, his angels, his messengers, and in the "Day of Judgment".[15] Also, there are other beliefs that differ between particular sects. The Sunni concept of predestination is called divine decree,[16] while the Shi'a version is called divine justice. Unique to the Shi'a is the doctrine of Imamah, or the political and spiritual leadership of the Imams.[17]

Muslims believe that God revealed his final message to humanity through the Islamic prophet Muhammad via the archangel Gabriel (Jibrīl). For them, Muhammad was God's final prophet and the Qur'an is the revelations he received over more than two decades.[18] In Islam, prophets are men selected by God to be his messengers. Muslims believe that prophets are human and not divine, though some are able to perform miracles to prove their claim. Islamic prophets are considered to be the closest to perfection of all humans, and are uniquely the recipients of divine revelation—either directly from God or through angels. The Qur'an mentions the names of numerous figures considered prophets in Islam, including Adam, Noah, Abraham, Moses and Jesus, among others.[19] Islamic theology says that all of God's messengers since Adam preached the message of Islam—submission to the will of God. Islam is described in the Qur'an as "the primordial nature upon which God created mankind",[20] and the Qur'an states that the proper name Muslim was given by Abraham.[21]

As a historical phenomenon, Islam originated in Arabia in the early 7th century.[22] Islamic texts depict Judaism and Christianity as prophetic successor traditions to the teachings of Abraham. The Qur'an calls Jews and Christians "People of the Book" (ahl al-kitāb), and distinguishes them from polytheists. Muslims believe that parts of the previously revealed scriptures, the Tawrat (Torah) and the Injil (Gospels), had become distorted—either in interpretation, in text, or both.[6]

Etymology and meaning

Main article: S-L-M

The word Islam is a verbal noun originating from the triliteral root s-l-m, and is derived from the Arabic verb Aslama, which means "to accept, surrender or submit." Thus, Islam means acceptance of and submission to God, and believers must demonstrate this by worshipping him, following his commands, and avoiding polytheism. The word is given a number of meanings in the Qur'an. In some verses (ayat), the quality of Islam as an internal conviction is stressed: "Whomsoever God desires to guide, He expands his breast to Islam."[11] Other verses connect islām and dīn (usually translated as "religion"): "Today, I have perfected your religion (dīn) for you; I have completed My blessing upon you; I have approved Islam for your religion."[12] Still others describe Islam as an action of returning to God—more than just a verbal affirmation of faith.[13] Another technical meaning in Islamic thought is as one part of a triad of islam, imān (faith), and ihsān (excellence); where it represents acts of worship (`ibādah) and Islamic law (sharia).[14]